Senin, 20 April 2009

Minggu, 19 April 2009

peran ibu dalam pendidiakn

Penulis bersaudara empat orang laki tanpa perempuan, dilahirkan dari seorang ibu yang hanya tamat sekolah rakyat (SR), ayah bekerja sebagai tukang jahit, juga tamatan SR, mereka berdua berkolaborasi sangat baik dalam proses pendidikan kami dalam menempuh pendidikan, tiga dari kami sarjana dan satu tamat SMU. Keberhasilan kami menempuh pendidikan sampai ke perguruan tinggi, mengingatkan penulis pada ibu di Hari Ibu ke 80 tahun ini.

Setiap ibu di dunia ini tentu sangat menyadari sekali pentingnya pendidikan untuk anak-anak mereka sebagai bekal menjalani kehidupan dunia untuk kehidupan di akhirat yang lebih baik, sehingga beliau memberikan pendidikan kepada sang janin sejak dalam kandungan hingga anak dewasa, telah berapa banyak sumber daya manusia (SDM) yang dihasilkan dari rahimnya, mulai dari Presiden, Gubernur, Bupati, Camat, Lurah, Dosen, Guru, dll, mereka semua mendapat sentuhan ibu.

Pasca pendidikan janin diteruskan kependidikan play group, taman kanak-kanak, SD, SMP, SMU sampai Perguruan Tinggi, ibu dengan tambah, sabar melakukan aktivitas rutin tersebut setiap hari, tidak mengenal lelah dan berputus asa, bahkan membantu kembali anak di rumah untuk melapalkan huruf dan angka yang telah mereka pelajari di sekolah, sehingga anak dapat membaca dan berhitung, semua yang dilakukan ibu tersebut sekarang sangat kita rasakan, bagaimana dulunya ibu memandikan, memberikan sarapan pagi, mengantar kesekolah. Flasback dari aktivitas ibu tersebut dapat dilihat dari apa yang dilakukan istri kita dirumah tangga dan kemacetan disetiap hari sekolah pada sekolah yang berada di pinggir jalan akibat lalulintas orang tua mengantar dan menjemput anaknya sekolah yang dilakukan pada umumnya oleh kaum ibu.

Bagi keluarga yang cukup mapan, peran ayah sebagai kepala rumah tangga dalam memenuhi semua kebutuhan keluarga termasuk pendidikan anak tidak menjadi masalah segnifikan, sebaliknya bagi keluarga yang kurang mapan hal ini tentu menjadi masalah, sehingga harus dicari solusi untuk mengatasinya, solusi terbaik biasanya datang dari ibu, dimana beliau menawarkan dirinya untuk bekerja (Wanita Karir), dari berjualan sampai kerja kantoran dengan motivasi membantu ayah dalam hal keuangan keluarga sampai kelangsungan pendidikan anaknya, bahkan hasil kerja yang didapat ibu menjadi pemasukan utama keuangan keluarga.

Keputusan bekerja juga diambil ibu penulis, beliau bekerja bukan sebagai pegawai kantoran, tetapi bekerja usaha rumah tangga dengan membuat keripik balado dengan bahan dasar ubi kayu untuk dijual kepenjual lontong (lontong ketupat), semua keluarga menyadari hal ini, sehingga kami sekeluarga ikut membantu mendestribusikan dagangan ibu ke warung-warung lontong tersebut, biasa keripik ini dimakan bersama lontong akan menambah selera makan, ibu juga mengkriditkan baju-baju anak. Hasil usaha ibu sangat membantu sekali pendidikan kami, sehingga kami sangat bangga dengan beliau, alhamdullilah jerih payah ibu telah membuahkan hasil, dimana kami semua telah bekerja dan bekeluarga.

Dibelahan dunia lain Hari Ibu dikenal dengan nama Mother’s Day yang perayaannya lebih mengarah kepada puji-puji terhadap peran ibu dalam kehidupan kita, apapun perbedaan perayaan yang dilakukan dalam memperingati hari ibu tersebut dari negara satu dengan negara lainnya, hal yang terpenting bagi kita selaku anak adalah selalu memperhatikan beliau tidak hanya dari sisi materi tetapi juga kasih sayang, sopan santun sebagaimana yang dilakukannya terhadap kita.

Untuk mengujudkan perhatian dan kasih sayang tersebut sekarang lebih mudah dengan berkembangannya teknologi informasi, jarak, waktu bukan menjadi penghalang untuk menyapa dan menanyakan kesehatan beliau, hati ini bila mendengar suara ibu terasa nyaman dan hidup lebih bersemangat untuk menjalankan aktivitas sehari-hari, apalagi bila dapat mengunjungi beliau dan berkumpul bersama ibu, Ayah dan keluarga lainnya disaat lebaran, banyak kenangan indah yang tidak mungkin dilupakan.

Investasi pendidikan yang dilakukan seorang ibu terhadap anaknya merupakan investasi jangka panjang, ibu melakukan apapun demi pendidikan anaknya, hal ini banyak kita lihat bagaimana seorang ibu yang rela bekerja di sentor non formal, sebagai pembersih jalan (penyapu jalan), berjualan di Angso duo, berjualan kue keliling, dll, mereka tidak merasa hina atau rendah diri menjalani pekerjaan tersebut, sebagaimana juga yang dilakukan ibu penulis diatas.

Sebagai anak mungkin kita tidak merasakan tantangan yang dihadapi ibu dalam menjalani pekerjaan tersebut, baik berupa hinaan dari tetangga, atau orang-orang yang tidak suka terhadap ibu, kesehatan, dll, semua itu tidak melemahkan kepribadian dan kegigihan ibu mencari sesuatu hal yang halal untuk keluarga dan mungkin untuk kelanjutan pendidikan anak-anaknya, hinaan dan cacian yang beliau terima, tidak akan ia ceritakan kepada anak-anaknya, ia tidak ingin anaknya bersedih hanya karena dihina, malahan ini menjadi dorongan bagi dirinya untuk tetap bersemangat bekerja dalam mendapatkan biaya yang diperlukan dalam proses pendidikan anak-anaknya.

Keberhasilan pendidikan anak sangat di tentukan oleh kepedulian seorang ibu terhadap proses pendidikan, ibu dahulu dengan ibu sekarang tentu sangat berbeda peran dalam proses pendidikan anaknya, karena perkembangan zaman telah memuncul pradima yang berbeda dalam proses pendidikan disekolah, misalnya saja di sekolah SD sekarang, anak-anak kelas satu tidak lagi diperkenalkan dengan huruf dan angka, mereka telah dihadapi dengan beberapa buku paket yang butuh pemahan membaca, bukan mengeja, padahal kita ketahui tidak semua murid yang masuk tersebut bisa membaca, akibatnya di beberapa sekolah terjadi pengelompokan siswa berdasarkan kemampuannya, artinya yang pintar sama yang pintar (khusus) dan yang bodoh sama yang bodoh (standar), sistem ini juga menyebabkan lemahnya persaingan di kelas murid yang standar, dan sebaliknya persaingan tidak sehat terjadi pada kelas khusus, karena orang tua yang mapan ekonominya tentu akan bisa memenuhi semua faktor penunjang keberhasilan anak dengan berbagai kursus-kursus.

Pada zaman penulis sekolah dahulu tidak ada pengelompokan anak, semuanya mendapat pendidikan dengan porsi yang sama, pelajaran mengenal huruf, angka, membaca, berhitung, persaingan antar murid terjadi dengan sehat, ibu dan bapak guru memotivasi semua siswa untuk berlomba-lomba dalam meraih prestasi yang tinggi. Guru dan orang tua terjadi komunikasi yang baik dalam hal pendidikan anak.

Pentingnya peran ibu dalam proses pendidikan anak-anak, menjadikan ibu sebagai sentral yang harus diperhatikan oleh steakholder pendidikan, karena banyak kita lihat calon-calon ibu yaitu anak-anak wanita yang putus sekolah, bekerja sebagai gepeng di jalan-jalan, terjadinya pemerkosaan terhadap anak-anak wanita, aborsi, dll. Pemerintah berkewajiban memperhatikan mereka sebagai bentuk kepedulian terhadap sumber daya manusia yang akan mereka lahir sebagai generasi yang akan meneruskan proses pembangunan.

Dalam proses politik, peran wanita juga dituntut 30% dari setiap partai politik, artinya pemerintah memandang wanita sebagai ibu bahkan sebagai ibu negara sangat berperan untuk mengujudkan masyarakat yang aman, makmur dan sejahteran, ibu-ibu adalah tiang negara, bila ibunya lemah, tentu regenerasi yang dilahirnyapun akan lemah, ibu adalah orang yang paling dekat dalam proses pendidikan anak, karena air susu yang diberikan kepada anak menjadi perekat yang kuat antara anak dengan ibu, ibu memiliki respon yang tinggi terhadap anak, kemampuan ibu memahami sesuatu yang didapatnya dari membaca, memahami sesuatu menjadi salah satu faktor mendorong anak untuk mengikuti apa yang dilakukan ibu.

Kasih ibu sepanjang masa, ia selalu memberi dan tak pernah meminta, proses pendidikan yang diberikan kepada putra-putrinya baik pendidikan formal dan non formal dilakukannya dengan iklas dan tidak pernah minta imbalan, pendidikan merupakan harta yang tak pernah habis sebagai bekal bagi putra-putrinya menjalani kehidupan ini, dan itu tidak bisa diganti dalam bentuk materi, karena materi bila tidak dikelola dengan baik tentu akan habis di telan zaman, bahkan menjadi malapetaka perselisihan antar anak.

Ibu, kami mengucapkan terima kasih atas usaha ibu membantu ayah dalam hal pembiayaan proses pendidikan, kami berharap kolaborasi antara ibu dan ayah juga bisa menjadi contoh untuk dilakukan keluarga-keluarga kami, dan nantinya tentu akan bermuara kepada tercapainya keluarga-keluarga sakinah, melahirkan generasi-generasi yang tangguh, mandiri. Kami menyadari bahwa surga itu terletak dikakimu ibu, untuk itu kami mohon ridhomu sehingga Allah merindhoi semua aktivitas yang akan kami jalani, Amin ya rabalalamin.

Rabu, 15 April 2009

loptop menjadi rim kertas


Laptop Temanku Berubah Menjadi Sati Rim Kertas

“Laptop Temanku Berubah Menjadi Satu Rim Kertas”

Undang-Undang Guru dan Dosen membawa damfak terhadap animo guru dan Dosen untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi, bagi para guru dan dosen yang memenuhi persyaratan dari UU tersebut akan mendapatkan intensif berupa tunjangan dari beberapa variabel yang ditentukan, tentu tidak diberikan begitu saja selepas studi mereka klar, mereka harus lulus terlebih dahulu uji kelayakan berupa sertifikasi dari pemerintah tentang tingkat proposional ilmunya.
Sertifikasi ini sangat mengiurkan sekali bagi para guru dan dosen tidak terkecuali kami dosen bukan PNS, pada tahun akademik 2008-2009 empat orang dari teman saya melanjutkan studi S2 ke Padang, dan sekarang telah memasuki semester 3 dari empat semester yang di targetkan. Keempat teman tersebut mengambil kuliah non reguler, 4 hari perkuliahan dalam satu bulan.
Berangkat dari Jambi ke Padang mereka menggunakan Bus umum, perjalanan ini sangat melelahkan, berangkat malam hari dan sampai di padang pagi harinya, selanjutnya langsung ke kampus untuk mengikuti kuliah. Lelah dan ngantuk tidak mereka rasakan, yang penting gelar S2 segera dapat dicapai dan ini akan membantu meningkat SDM bagi proses pendidikan yang lebih baik terhadap generasi bangsa ini, pradikma jeruk makan jeruk di dunia perguruan tinggi segera teratasi.
Saya cukup bangga terhadap mereka, disamping itu saya juga marasakah sedih atas kejadian yang menimpa satu dari mereka yaitu “kehilangan Laptop di Bus yang mereka tumpangi saat mau pulang dari Padang ke Jambi, kejadian ini baru ia sadari ketika mau berangkat ke kampus untuk melaksanakan aktivitas mengajar kembali, laptop yang biasa digunakan untuk mengajar, saat hendak dibuka dari tas reslitingnya macet seperti dilem menggunakan Ateko, tidak biasanya ini terjadi, dengan sedikit dipaksa akhirnya terbuka juga, mata ini terbelalak, jantung berdetak keras, napas menjadi ngosan, laptop kesayanganya telah berubah menjadi satu rim kertas HVS.
Mau melapor kesiapa tak tahu, coba melaporkan ke PO Bus tersebut, mereka tak menghiraukannya, dengan alasan “pada tiket penumpang telah tercantum bahwa barang bawaan yang sifat dijinjing oleh penumpang adalah tanggungjawan penumpang sendiri. Peristiwa ini pelajaran bagi rekan-rekan lain untuk waspada terhadap laptop yang dibawa, karena ini merupakan modus baru kejahatan khusus laptop diganti dengan satu rim kertas.